Tuesday, May 6, 2014
Perang Banjar
Kapal uap Celebes berperang
melawan benteng rakit apung yang disebut Kotamaradikemudikan orang Dayak pada
tanggal 6 Agustus 1859 di
pulau Kanamit, sungai Barito.
Perang Banjar (1859-1905)[1] adalah
perang perlawanan terhadap penjajahan kolonial Belanda yang terjadi di Kesultanan Banjar yang
meliputi wilayah provinsi Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah.
Perang Banjar[2][3][4] berlangsung
antara 1859 -1905 (menurut sumber Belanda 1859-1863[5][6]).
Konflik dengan Belanda sebenarnya sudah mulai sejak Belanda memperoleh hak
monopoli dagang di Kesultanan Banjar. Dengan ikut campurnya Belanda dalam
urusan kerajaan, kekalutan makin bertambah. Pada tahun 1785, Pangeran Nata yang
menjadi wali putra makota, mengangkat dirinya menjadi raja dengan gelar Sultan
Tahmidullah II (1785-1808) dan membunuh semua putra almarhum Sultan Muhammad.
Pangeran Amir, satu-satunya pewaris tahta yang selamat, berhasil melarikan diri
lalu mengadakan perlawanan dengan dukungan pamannya Arung Turawe, tetapi gagal.
Pangeran Amir (kakek Pangeran Antasari)
akhirnya tertangkap dan dibuang ke Srilangka
Penyebab
Sebab umum :
Rakyat tidak senang dengan merajalelanya Belanda yang mengusahakan perkebunan dan pertambangan di Kalimantan Selatan.
Belanda terlalu banyak campur tangan dalam urusan intern
kesultanan.
Belanda bermaksud menguasai daerah Kalimantan Selatan karena
daerah ini ditemukan pertambangan batubara. (Karena ditemukan Batubara di kota Martapura Belanda telah
merencanakan untuk memindah ibukota kesultanan ke kota Negara - bekas ibukota
pada zaman Hindu).
Sebab Khusus:
Tokoh-tokoh
Tokoh rakyat Banjar:
Pangeran
Hidayatullah, Pangeran Antasari, Aling, Tumenggung Antaludin, Tumenggung Surapati, Demang Lehman, Panglima Bukhari, Tumenggung Jalil, Panembahan Muhammad
Said,Panglima Batur, Panglima Wangkang, Penghulu Muda, Penghulu Rasyid, Penghulu Suhasin, Tagab Obang, dan Muhammad Seman.
Tokoh pihak kolonial Belanda:
Augustus Johannes
Andresen, George Frederik
Willem Borel, Karel Cornelis Bunnik, F.P. Cavaljé, P.P.H. van Ham, Karel van der Heijden, Christiaan Antoon Jeekel, H.L. Kilian, Franz Lodewijk Ferdinand Karel von Pestel, Evert Willem
Pfeiffer, Joost Hendrik
Romswinckel, Charles de Roy van Zuydewijn, C.E. Uhlenbeck, Gustave Verspijck, Johannes Jacobus Wilhelmus Eliza Verstege,Jacobus Agustinus Vetter, Stephanus Johannes Boers
Medan Perang
Daerah pertempuran berada di daerah Kalimantan Selatan dan
sebagian Kalimantan Tengah. Termasuk di daerah sungai Barito
Akhir perang
Setelah Pangeran
Hidayatullah tertangkap dan Pangeran Antasari wafat, perjuangan
tetap berlanjut yang di pimpin oleh Gusti Mat Seman, Gusti Acil, Gusti
Muhammad Arsyad, dan Antung Durrahman. Oleh pemimpin-pemimpin tersebut, rakyat
masih bergerilya dengan se-sekali melakukan serangan kepada Belanda sampai
awal abad ke-20
Akibat perang
Bidang politik.
Daerah Kalimantan Selatan dikuasai sepenuhnya oleh pemerintah
kolonial Belanda.
Dibubarkannya negara Kesultanan Banjar.
Bidang ekonomi
Dikuasainya tambang batubara dan perkebunan di daerah
Kalimantan Selatan.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
EmoticonEmoticon